Jumat, 22 November 2013

EKSPERIMEN SKINNER (Operant Conditioning)

Operant Conditioning
Dalam salah satu eksperimennya, Skinner menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah peti yang disebut dengan Skinner Box. Kotak Skinner ini berisi dua macam komponen pokok, yaitu manipulandum dan alat pemberi reinforcement yang antara lain berupa wadah makanan. Manipulandum adalah komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakannya berhubungan dengan reinforcement. Komponen ini terdiri dari tombol, batang jeruji, dan pengungkit.
Dalam eksperimen tadi mula-mula tikus itu mengeksplorasi peti sangkar dengan cara lari kesana kemari, mencium benda-benda yang ada disekitarnya, mencakar dinding, dan sebagainya. Tingkah laku tikus yang demikian disebut dengan ‘’ emmited behavior ” (tingkah laku yang terpancar), yakni tingkah laku yang terpancar dari organism tanpa memedulikan stimulus tertentu. Kemudian salah satu tingkah laku tikus (seperti cakaran kaki, sentuhan moncong) dapat menekan pengungkit. Tekanan pengungkit ini mengakibatkan munculnya butir-butir makanan ke dalam wadahnya.
Butir-butir makanan yang muncul merupakan reinforce bagi tikus yang disebut dengan tingkah laku operant yang akan terus meningkat apabila diiringi reinforcement, yaitu penguatan berupa butiran-butiran makanan kedalam wadah makanan.
Teori belajar operant conditioning ini juga tunduk pada dua hukum operant yang berbeda lainnya, yaitu law operant conditioning dan law extinction. Menurut hukum operant conditioning, jika suatu tingkah diriingi oleh sebuah penguat (reinforcement), maka tingkah laku tersebut meningkat. Sedangkan menurut hukum law extinction, jika suatu tingkah laku yang diperkuat dengan stimulus penguat dalam kondisioning, tidak diiringi stimulus penguat, maka tingkah laku tersebut akan menurun atau bahkan musnah. Kedua hukum ini pada dasarnya juga memiliki kesamaan dengan hukum pembiasaan klasik (classical conditioning).
 
 

Skinner membedakan perilaku atas :
  1. ·  Perilaku alami (innate behavior), yang kemudiandisebut juga sebagai clasical ataupun respondent behavior, yaitu perilaku yangdiharapkan timbul oleh stimulus yang jelas ataupun spesifik, perilaku yangbersifat refleksif.
  2. Perilaku operan (operant behavior), yaitu perilakuyang ditimbulkan oleh stimulus yang tidak diketahui, namun semata-mataditimbulkan oleh organisme itu sendiri setelah mendapatkan penguatan.
Skinner yakin jika kebanyakan perilaku manusia dipelajari lewat Operant Conditioning atau pengkondisian operan, yang kuncinya adalah penguatan segera terhadap respons. Operant Conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku yang dapatmengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuaidengan keinginan.
Skinner membuat mesin untuk percobaanya dalam Operant Conditioning yang dinamakan dengan"Skinner Box" dan tikus yang merupakan subjek yang sering digunakandalam percobaanya.
Dalam percobaannya tersebut yang dilakukan oleh Skinner dalam Laboratorium, seekor tikus yang lapar diletakkan dalam Skinner Box, kemudian binatang tersebut akan akanmenekan sebuah tuas yang akan membukakan dulang makanan, sehingga diperolehpenguatan dalam bentuk makanan. Di dalam setiap keadaan, seekor binatang akanmemperlihatkan bentuk perilaku tertentu; tikus tadi misalnya, akanmemperlihatkan perilaku menyelidik pada saat pertama kali masuk kedalam Box,yaitu dengan mencakar-cakar dinding dan membauinya sambil melihat-lihat kesekelilingnya. Secara kebetulan, dalam perilaku menyelidik tersebut tikusmenyentuh tuas makanan dan makanan pun berjatuhan. Setiap kali tikus melakukanhal ini akan mendapatkan makanan; penekanan tuas diperkuat dengan penyajian makanan tersebut, sehingga tikus tersebut akan menghubungkan perilaku tertentudengan penerimaan imbalan berupa makanan tadi. Jadi, tikus tersebut akanbelajar bahwa setiap kali menekan tuas dia akan mendapatkan makanan dan tikustersebut akan sering kali mengulangi perilakunya, sampai ada proses pemadamanatau penghilangan dengan menghilangkan penguatannya.
Dalam eksperimen Skinner tersebut terdapat istilah Penguatan atau dapat disebut sebagai reinforcementyaitu, setiap kejadian yang meningkatkan ataupun mempertahankan kemungkinan  adanya respon terhadap kemungkinan respon yang diinginkan. Biasanya yangberupa penguat adalah sesuatu yang dapat menguatkan dorongan dasar (basicdriver, seperti makanan yang dapat memuaskan rasa lapar atau air yang dapatmenuatkan rasa haus) namun tidak harus selalu demikian.
Pada manusia, penguatan sering salah sasaran sehingga pembelajaran menjadi tidak effisien. Masalah lain dengan pengkondisian manusia adalah penentuan manakahkonsekuansi-konsekuensi yang menguatkan dan manakah yang melemahkan. Karena bergantung pada sejarah individu, penguatan dan disiplin terkadang dapatmenjadi penguatan sedangkan ciuman dan pujian dapat menjadi hukuman.
Dalam penguatantersebut dibedakan antara pengutan positif dan negatif.
  • Penguatan positif adalah stimulus yang apabila diberikan sesudah terjadinya respon, meningkatkan kemungkinan respon tersebut.

                              ->          Respon 1
                           /
S (Rangsang)  --->              Respon 2       -->          Penguatan
                           \
                             ->          Respon 3
Menjadi :

S(Rangsang)   -->              Respon 2 berulang-ulang

  • Penguatan negatif adalah stimulus yang dihapuskan sesudah responnyatimbul, meningkatkan kemungkinan adanya respon; shock elektrik dan bunyi yangmenyakitkan digolongkan sebagai penguat negatif dan sebagai penguat negatifjika penguat itu dapat ditiadakan ketika timbul respon yang diinginkan.
                               ->        Respon 1     -->                Shock elektrik
                             /
S (Rangsang)    -->            Respon2
                            \
                             ->          Respon3      -->               Shock elektrik
Menjadi :

S (Rangsang)        -->             Respon2

Adapun Jenis-Jenis Penguat Skinner dikategorikan, sbb;
  1. Penguat utama (Primary reinforcers) adalah  penguat yang memengaruhi perilaku tanpa perlu belajar, seperti: makanan, minuman, seks. Ini disebut penguat alami. 
  2. Penguat sekunder (Secondar reinforcers). Adalah penguat yang membutuhkan  tenaga penguat karena sudah diasosiasikan dengan penguat utama, seperti memuji seseorang. 
      Tadi telah diuraikan bahwa bagaimana seekor tikus dalam Skinner Box yang menekan tuas akan menerima butir-butir makanan setiap kali tikus tersebut melakukannya. Apabila kita menghentikan pemberian penguatan ini, perilaku penekanan tuas pun secara bertahap akan menghilang, biasanya hanya beberapa menit setelahpenghentian penguatan. Apa yang membuat Operant Conditioning ini penting untuk menjelaskan belajar adalah pengembangan jadwal penguatan yang dilakukanoleh Skinner. Jadwal ini merupakan bentuk lain dari penyajian penguatan yang dihasilkannya perbedaan pada taraf respons (respons rate), yaitu taraf penekanan tuas oleh tikus tadi, maupun pada taraf penghapusan (extinctionrate), yaitu terhapusnya perilaku penekanan tuas. Jadwal penguatan inilahyang membuat Operant Conditioning menjadi bentuk belajar yang sangatFleksibel. Setiap respons yang pada suatu saat dapat dibiasakan dan dapat juga diakhiri sesuai dengan keinginan kita, dan ini tercapai dengan melalui beragam jadwal pengautan.
    Penguatan dapat dialakukkan kepada perilaku entah melalui jadwal yang berkesinambungan atau sebentar-sebentar. Dalam jadwal-penguatan-berkesinambungan (continous schedule), organisme diperkuat untuk setiap responnya. Jenis penjadwalan ini dapat meningkatkan frekuensi respons sekalipun pemakaian penguat kadang-kadang tidak efisien. Skinner kemudian mengusulkan jadwal-penguatan sebentar-sebentar (intermittent schedules) yang bukan hanya lebih effisien menggunakan penguat, tetapi juga menghasilkan respons yang lebih resisten terhadap pemadaman. Melaui intermittent schedule Skinner mengidentifikasi dua macam penguatan yaitu penguatan berjangka (Interval reinforcement ) dan penguatan berbanding ( ratio reinforcement).
·                      Interval reinforcement adalah penguatan yang dijadwalkan atau yang muncul pada interval waktu yang telah ditentukan. Contoh: seseorang memutuskan untuk memberikan permen  hanya jika orang tersebut  tetap diam  selama lima menit. Setelah itu baru diberikan permen, tidak ada penguatan tambahan yang diberikan sampai berlalu lima menit berikutnya.

·                  Ratio reinforcement adalah penguatan yang muncul setelah sejumlah respon tertentu. Contoh: seseorang akan memberikan permen pada seoranganak apabila anak tersebut menampilkan perilaku patuh, setelah anak tersebutpatuh kemudian diberikan permen tersebut dan terus seperti itu sehingga anaktersebut benar-benar patuh.
Penjadwalan tersebut terbagi lagi menjadi 4 jenis penguatan jadwal, yakni :
  • Rasio tetap (Fixed ratio), dimana penguatan tergantungpada sejumlah respon yang terbatas. Artinya, mengatur pemberian reinforcement sesudah respon yang dikehendaki muncul yang kesekian kalinya. Misalnya, Pekerja diberikan bonus apabila mampu menghasilkan produk sesuai target dengan kualitas produk yang sesuai dengan standar (mampu mengikuti prosedur)
    Tujuan
    , membentuk perilaku bekerja yang efektif dan dengan tetap memperhatikan kualitas
    Reinforcement
    , bonus
  • Rasio yang dapat berubah (variable ratio), dimana sejumlah respon yang dibutuhkan  untuk penguatan yang berbeda-berbeda dari satu penguatan ke penguatan berikutnya. Misalnya, Pemberian bonus pada pekerja dilakukan secara acak yaknipada periode tertentu pekerja diberikan bonus apabila mampu memberikan performa kerja yang ramah dan menghasilkan produk berjumlah 1000 unit, namun pada periode yang lain pekerja diberikan bonus apabila telah mampu menghasilkan produk 2000 unit, dan pada waktu yang lain pekerja mendapatkan bonus saat mampu menghasilkan produk 2500 unit.
    Tujuan,
    membentuk perilaku bekerja dengan tidak selalu bergantung kepada bonus karena bonus akan diberikan sewaktu-waktu sehingga pekerja cenderung akan menampilakan performa kerjanya yang paling maksimal.
    Reinforcement, bonus
  • Interval tetap (fixed interval), dimana  suatu responmenghasilkan penguatan setelah jangka waktu tertentu (khusus).Misalnya, Ujian tengah semester diberikan pada pertengahan semester (waktu telah ditentukan). Mahasiswa akan belajar lebih sungguh-sungguh saat menjelang ujian agar mendapat nilai yang baik.
    Tujuan,
    membentuk perilaku belajar.Reinforcement,  nilai yang baik (A)
  • Interval yang dapat berubah (variable interval), dimana penguatan tergantung pada waktu dan  suatu respon, tetapiwaktu antara penguatan berbeda-beda. Artinya, reinforcement diberikkan dalam waktu yang tidak menentu, tetapi jumlah atau rata-rata penguat yang diberikkan sama dengan pengaturan tetap.Misalnya, dosen yang memberikan kuis tiba-tiba dalam perkuliahan sehingga mahasiswa diharapkan selalu belajar agar apabila diadakan kuis mendadak mereka akan siap dan dapat meraih nilai yang baik
    Tujuan,
    membentuk perilaku belajar mahasiswa
    Reinforcement, nilai yang baik (A)

                              /-->      Fixed Ratio
                       Ratio
                      /        \ -->     Variable Ratio
                     /
Reinfocement
                    \
                     \            /-->      Fixed interval
                      Interval
                                  \-->       Variable Interval

Extinction (pemadaman)
       Meskipun sudah dipelajari, respons masih dapat padam karena empat alasan berikut :
  1. Respons bisa dilupakkan dalam beberapa waktu
  2. Respons dapat hilang jika ada campur tangan dari proes pembelajaran lain sebelum atau sesudahnya
  3. Respon dapat hilang akibat penghukuman
  4. Kecenderungan respon yang sudah diperoleh sebelumnyauntuk menjadi progresif dan melemahkan respon sesudahnya yang sudah tidak lagimendapatkan penguatan
Prinsip dari extinction dalampengkondisian operan adalah penahanan pemberian reinforcement atau penghentian pemberian reinforcement, artinya bila respon yang diinginkanterjadi, maka respon tersebut tidak diikuti dengan pemberian reinforcement. Pada percobaan Skinner diatas, penekanan tuas tidak lagi diikuti dengan munculnya makanan, maka secara bertahap perilaku menekan tuas pada tikus akan hilang Generalisasi Stimulus     
Unconditional Response dalam pengkondisian klasikal, cenderung untuk muncul bila dihadapkan pada US (Unconditioned Stimulus) yang mirip.
Demikian juga halnya dengan Pengkondisian Operan. Bila stimulus atau event yang mengawali suatu respon itu mirip, maka perilaku (respon) yang sama cenderung untukmuncul. Contohnya dapat kita lihat dalam penelitian Skinner terhadap seekor burung merpati dalam kotak. Dalam kotak tersebut ada "kunci" yangdapat diterangi oleh lampu. Saat lampu dinyalakan (dan menerangi"kunci") burung mematuk "kunci" tersebut, maka makanan akanmengalir dari lubang di bawah kunci. Untuk kepentingan penelitian generalisasi stimulus, lampu yang menerangi "kunci" diubah-ubah intensitasnya.Besar kecilnya peningkatan tergantung dari kedekatan atau kemiripan stimulus atau situasi yang menimbulkan respon.
Stimulus Diskriminasi
Diskriminasi stimulus bertujuan agar subjek dapat melakukan perbedaan terhadap stimulus atausituasi yang dihadirkan agar subjek hanya melakukan respon terhadap stimulusatau situasi yang sesuai. Dalam pengkondisian operan, diskriminasi stimulus dilakukan dengan pemberian reinforcement terhadap respon yang diinginkan dalam suatu situasi atau stimulus yang sesuai dan tidak memberikan reinforcement bila respon tersebut muncul dalamsituasi yang tidak sesuai. Contohnya pada percobaan burung merpati tadi. Makanan sebagai reinforcer hanya diberikan bila yang menyala lampu hijau. Sedangkan bila yang menyala lampu merah, reinforcer tidak diberikan. Pemasangan lampu merah dan hijau ini dilakukan secara berturut-turut, hijau-merah-hijau-merah, dst, atau makanan-tidakada-makanan-tidak ada, dst. Oleh karena itu teknik ini disebut dengan prosesdikriminasi "go-no-go".
Reinforcement Negative dan Escape Learning
Escapelearning adalah prosesbelajar yang didasarkan pada pengkondisian operan dengan teknik pemberianreinforcer negatif. Contohnya dapat kita lihat melalui penelitian terhadapseekor tikus di dalam kotak percobaan yang terdiri dari sebuah kandang yangmemiliki dua tingkat tempat tikus berdiri. Bila tikus turun dari tingkat keduake tingkat pertama, maka tikus akan mengalami kejutan listrik. Oleh sebab itu tikus berusaha untuk naik kembali ke tingkat dua. Perilaku seperti itulah yangdisebut dengan proses belajar escape (melarikan diri) yangdidasarkan pada pemberian reinforcer negatif pada pengkondisian operan.
Avoidance Learning
Avoidance learning adalah proses belajar untuk menghindari reinforcement negatif. Caranya dengan menghadirkan suatu stimulus sebelum pemberian reinforcer negatif. Pada contoh percobaan di atas, tikus diberi sebuah bel atau buzzer sebelumdiberi kejutan listrik. Setelahterjadi proses belajar, dengan mendengar buzzer saja tikus sudah berusaha naik ke tingkat dua agar tidak terkena kejutan listrik. Oleh karena itu proses belajar yang demikian disebut dengan avoidance learning (proses belajar untuk menghindarkan diri dari reinforcer negatif)
Punishment
Punisher adalah stimulus atau kejadian dimana jika diberikan pada suatu respon akan menurunkan kemungkinan respon tersebut akan muncul kembali.
Punishment  adalah penggunaan punisher untuk menekan atau menghentikan suatu trespon agar tidak muncul kembali.
Positive Punishment (juga disebut "Hukuman dengan rangsangan tidak terduga") muncul ketika suatu prilaku (respon) diikuti oleh suatu rangsangan tidak menyenangkan, sepertimemperkenalkan setruman atau suara keras, menghasilkan prilaku yang tidak diinginkan berkurang atau seseorang dipukul karena salah.
Negative Punishment (juga disebut "Hukuman dengan pengambilan tidakterduga" muncul ketika suatu perilaku (respon) diikuti dengan membuang rangsangan yang menyenangkan, seperti mengambil mainan anak-anak bersama perilaku yang tidak diinginkan, menghasilkan perilaku yang tidak diinginkan berkurang, pemotongan uang jajan.

EKSPERIMEN PAVLOV (Classical Conditioning)



Pengkondisian Klasik (classical conditioning)
Pengkondisian klasik adalah suatu bentuk istilah yang digunakan untuk mendiskripsikan pembelajaran yang diperoleh melalui pengalaman. Salah satu contoh terbaik dari pengkondisian klasik dapat ditemukan dari psikolog Rusia bernama Ivan Pavlov dengan eksperimennya yang menggunakan anjing sebagai objek percobaan.  
Dalam eksperimennya, Pavlov melatih anjingnya untuk mengeluarkan air liur ketika ia mendengarkan suara bel. Pertama, Pavlov memberikan makanan kepada anjing dan Pavlov melihat anjing tersebut mengeluarkan air liur (ada respon). Kedua, Pavlov memperdengarkan suara bel dan anjing tersebut tidak mengeluarkan air liur (tidak ada respon). Ketiga, Pavlov memperdengarkan bel sebagai tanda ia akan memberikan makanan dan saat makanan datang, anjing tersebut mengeluarkan air liur (ada respon). Keempat, Pavlov hanya memperdengarkan suara bel tanpa membawa makanan dan anjing tersebut mengeluarkan air liur (ada respon). Jadi, Pavlov mengkondisikan dengan hanya memperdengarkan suara bel saja anjing tersebut mengeluarkan air liur karena ia telah terbiasa dengan bunyi bel yang menandakan akan datangnya makanan.




Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov, terhadap seekor anjing tersebut menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
a.       Law Of Respondent Conditioning,
Komponen yang dibutuhkan dalam classical conditioning yaitu:
1.      The unconditioned stimulus (makanan)
Adalah segala hal yang bisa menimbulkan respon tanpa kita harus pelajari atau kondisikan respon tersebut sebelumnya. Contoh dalam kasus ini adalah makanan yang membuat anjing memproduksi air liur. Makanan ini adalah sebuah unconditioned stimulus karena menyebabkan respon secara spontan tanpa harus anjingnya belajar bagaimana caranya memproduksi air liur.
2.      The conditioned stimulus (bel)
Adalah stimulus yang dibuat melalui pembelajaran. Contohnya dalam kasus ini adalah ketika Pavlov membunyikan bel dan menyebabkan anjing memproduksi air liur. Ini disebut conditioned stimulus karena anjing belajar untuk mengasosiasikan bel dengan makanan. Jika mereka tidak mengasosiasikan bel dengan makanan mereka tidak akan memproduksi air liur ketika bel berbunyi.
3.      The unconditioned reflex (air liur)
Adalah segala hal yang terjadi secara otomatis tanpa  kamu memikirkan tentang hal tersebut, misalnya kamu mengeluarkan air liur ketika kamu makan. Reflek ini terjadi secara otomatis tanpa kita perlu belajar untuk melakukannya.
4.      The conditioned reflex (mengeluarkan air lur sebagai respon dari bunyi bel)
Adalah reflek yang kita pelajari untuk mengasosiasikan sesuatu. Contohnya anjing mengeluarkan air liur ketika Pavlov membunyikan bel, sebelumnya (tanpa pengkondisian) bunyi bel tidak membuat anjing tersebut mengeluarkan air liur. Reflek tersebut dapat muncul sebagai respon dari conditioned reflex.

Senin, 25 Februari 2013

Teori Belajar Sosial Albert Bandura


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Teori
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social (Social Learning Teory) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor pelakumemainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan, factor social mencakuppengamatan siswa terhadap perilaku orangtuanya. Albert Bandura merupakansalah satu perancang teori kognitif social. Menurut Bandura ketika siswa belajarmereka dapat merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman merekasecara kognitif. Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yangterdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan.Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkunganmempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktorperson/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor person Bandura tak punyakecenderungan kognitif terutama pembawaan personalitas dan temperamen.Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dankecerdasan.
Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif)memainkan peranan penting. Faktor person (kognitif) yang dimaksud saat iniadalah self-efficasy atau efikasi diri. Reivich dan Shatté (2002) mendefinisikanefikasi diri sebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapidan memecahkan masalah dengan efektif. Efikasi diri juga berarti meyakini dirisendiri mampu berhasil dan sukses. Individu dengan efikasi diri tinggi memilikikomitmen dalam memecahkan masalahnya dan tidak akan menyerah ketikamenemukan bahwa strategi yang sedang digunakan itu tidak berhasil. MenurutBandura (1994), individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan sangatmudah dalam menghadapi tantangan. Individu tidak merasa ragu karena iamemiliki kepercayaan yang penuh dengan kemampuan dirinya. Individu inimenurut Bandura (1994) akan cepat menghadapi masalah dan mampu bangkitdari kegagalan yang ia alami.
Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar social jenis ini. Contohnya, seseorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahwa judi itu adalah tidak baik.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Latar Belakang Tokoh
Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada 04 Desember 1925. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan disana. Pada tahun 1949 beliau mendapat pendidikan di University of British Columbia, dalam jurusan psikologi. Dia memperoleh gelar Master didalam bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Bandura menyelesaikan program doktornya dalam bidang psikologi klinik, setelah lulus ia bekerja di Standford University.Beliau banyak terjun dalam pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku manusia dan tertarik pada nilai eksperimen.Pada tahun 1964 Albert Bandura dilantik sebagai professor dan seterusnya menerima anugerah American Psychological Association untuk Distinguished scientific contribution pada tahub 1980.
Pada tahun berikutnya, Bandura bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang pengaruh keluarga dengan tingkah laku social dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura sudah mulai meneliti tentang agresi pembelajaran social dan mengambil Richard Walters, muridnya yang pertama mendapat gelar doctor sebagai asistennya. Bandura berpendapat, walaupun prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorisme. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social, salah satu konsep dalam aliran behaviorime yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan evaluasi.
B. Teori Pembelajaran Sosial
Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional (behavioristik)1. Teori pembelajaran social ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip – prinsip teori – teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat perubahan perilaku, dan pada proses – proses mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran social kita akan menggunakan penjelasan – penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan – penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar social “ manusia “ itu tidak didorong oleh kekuatan – kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus – stimulus lingkungan.
Teori belajar social menekankan bahwa lingkungan – lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan ; lingkungan – lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh (Kard,S,1997:14) bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari pembelajaran social adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan ,Pertama. Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain,Contohnya : seorang pelajar melihat temannya dipuji dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif saat mengamati itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M,1998.a:4).
Seperti pendekatan teori pembelajaran terhadap kepribadian, teori pembelajaran social berdasarkan pada penjelasan yang diutarakan oleh Bandura bahwa sebagian besar daripada tingkah laku manusia adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran sudah cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori – teori sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks social dimana tingkah laku ini muncul dan kurang memperhatikan bahwa banyak peristiwa pembelajaran terjadi dengan perantaraan orang lain. Maksudnya, sewaktu melihat tingkah laku orang lain, individu akan belajar meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi dirinya.
C. Teori Peniruan ( Modeling )
Pada tahun 1941, dua orang ahli psikologi, yaitu Neil Miller dan John Dollard dalam laporan hasil eksperimennya mengatakan bahwa peniruan ( imitation ) merupakan hasil proses pembelajaran yang ditiru dari orang lain. Proses belajar tersebut dinamakan “ social learning “ – “pembelajaran social “ . Perilaku peniruan manusia terjadi karena manusia merasa telah memperoleh tambahan ketika kita meniru orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya. Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian, contoh tingkah laku ( modeling ). Dalam hal ini orang tua dan guru memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak – anak untuk menirukan tingkah laku membaca.
Dua puluh tahun berikutnya ,” Albert Bandura dan Richard Walters ( 1959, 1963 ) telah melakukan eksperimen pada anak – anak yang juga berkenaan dengan peniruan. Hasil eksperimen mereka mendapati, bahwa peniruan dapat berlaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus menerus. Proses belajar semacam ini disebut “observationallearning” atau pembelajaran melalui pengamatan. Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial diperbaiki memandang teori pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya mementingkan perilaku tanpa mempertimbangan aspek mental seseorang.
Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri(kognitif) dan lingkungan. pandangan ini menjelaskan, beliau telah mengemukakan teori pembelajaran peniruan, dalam teori ini beliau telah menjalankan kajian bersama Walter (1963) terhadap perlakuan anak-anak apabila mereka menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan palu besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam video. Setelah menonton video anak-anak ini diarah bermain di kamar permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam video. Setelah anak-anak tersebut melihat patung tersebut,mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam video.
Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan yaitu meniru secara langsung. Contohnya guru membuat demostrasi cara membuat kapal terbang kertas dan pelajar meniru secara langsung. Seterusnya proses peniruanmelalui contoh tingkah laku. Contohnya anak-anak meniru tingkah laku bersorak dilapangan, jadi tingkah laku bersorak merupakan contoh perilaku di lapangan. Keadaan sebaliknya jika anak-anak bersorak di dalam kelas sewaktu guru mengajar,semestinya guru akan memarahi dan memberi tahu tingkahlaku yang dilakukan tidak dibenarkan dalam keadaan tersebut, jadi tingkah laku tersebut menjadi contoh perilaku dalam situasi tersebut. Proses peniruan yang seterusnya ialah elisitasi. Proses ini timbul apabila seseorang melihat perubahan pada orang lain. Contohnya seorang anak-anak melihat temannya melukis bunga dan timbul keinginan dalam diri anak-anak tersebut untuk melukis bunga. Oleh karena itu, peniruan berlaku apabila anak-anak tersebut melihat temannya melukis bunga.
Perkembangan kognitif anak-anak menurut pandangan pemikir islam yang terkenal pada abad ke-14 yaitu Ibnu Khaldun perkembangan anak-anak hendaklah diarahkan dari perkara yang mudah kepada perkara yang lebih susah yaitu mengikut peringkat-peringkat dan anak-anak hendaklah diberikan dengan contoh-contoh yang konkrit yang boleh difahami melalui pancaindera. Menrut Ibnu Khaldun, anak-anak hendaklah diajar atau dibentuk dengan lemah lembut dan bukannya dengan kekerasan. Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa anak-anak tidak boleh dibebankan dengan perkara-perkara yang di luar kemampuan mereka. Hal ini akan menyebabkan anak-anak tidak mau belajar dan memahami pengajaran yang disampaikan.
D. Unsur Utama dalam Peniruan (Proses Modeling/Permodelan)
Menurut teori belajar social, perbuatan melihat saja menggunakan gambaran kognitif dari tindakan, secara rinci dasar kognitif dalam proses belajar dapat diringkas dalam 4 tahap , yaitu : perhatian / atensi, mengingat / retensi, reproduksi gerak , dan motivasi.
1) Perhatian (’Attention’)
Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat mempelajarinya. Subjek memberi perhatian tertuju kepada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki. Contohnya, seorang pemain musik yang tidak percaya diri mungkin meniru tingkah laku pemain music terkenal sehingga tidak menunjukkan gayanya sendiri. Bandura & Walters(1963) dalam buku mereka “Sosial Learning & Personality Development”menekankan bahwa hanya dengan memperhatikan orang lain pembelajaran dapat dipelajari.
2) Mengingat (’Retention’)
Subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Ini membolehkan subjek melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan atau diingini. Kemampuan untuk menyimpan informasi juga merupakan bagian penting dari proses belajar.
3) Reproduksi gerak (’Reproduction’)
Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga dapatmenunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku. Contohnya, mengendarai mobil, bermain tenis. Jadi setelah subyek memperhatikan model dan menyimpan informasi, sekarang saatnya untuk benar-benar melakukan perilaku yang diamatinya. Praktek lebih lanjut dari perilaku yang dipelajari mengarah pada kemajuan perbaikan dan keterampilan.
4) Motivasi
Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia adalah penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu.
Jadi subyek harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan.
E. Ciri – ciri teori Pemodelan Bandura
1. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan
2. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain – lain
3. Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru sebagai model
4. Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang positif
5. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif
F. Eksperimen Albert Bandura
Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Albert Bandura seorang tokoh teori belajar social ini menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan “permodelan “. Beliau menjelaskan lagi bahwa aspek perhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan oleh guru dan aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan yang optimum kepada pemahaman pelajar.
Eksperimen Pemodelan Bandura :
Kelompok A = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa memukul, menumbuk, menendang, dan menjerit kearah patung besar Bobo.
Hasil = Meniru apa yang dilakukan orng dewasa malahan lebih agresif
Kelompok B = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa bermesra dengan patung besar Bobo
Hasil = Tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif seperti kelompok A
Rumusan :
Tingkah laku anak – anak dipelajari melalui peniruan / permodelan adalah hasil dari penguatan.
Hasil Keseluruhan Eksperimen :
Kelompok A menunjukkan tingkah laku yang lebih agresif dari orang dewasa. Kelompok B tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif
Gambar Pemodelan Albert Bandura:
G. Jenis – jenis Peniruan (modelling)
Jenis – jenis Peniruan (modeling):
1. Peniruan Langsung
Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran social Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling , yaitu suatu fase dimana seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan.
Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh : Meniru gaya penyanyi yang disukai.
2. Peniruan Tak Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung. Contoh : Meniru watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya.
3. Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh : Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai daripada buku yang dibacanya.
4. Peniruan Sesaat / seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja.
Contoh : Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.
5. Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun.
Contoh : Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.
Hal lain yang harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan mempunyai prinsip – prinsip sebagai berikut :
1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya. Proses mengingat akan lebih baik dengan cara perilaku yang ditiru dituangkan dalam kata – kata, tanda atau gambar daripada hanya melihat saja. Sebagai contoh : Belajar gerakan tari dari pelatih memerlukan pengamatan dari berbagai sudut yang dibantu cermin dan seterusnya ditiru oleh para pelajar pada masa yang sama, kemudian proses meniru akan efisien jika gerakan tari tadi juga didukung dengan penayangan video, gambar, atau kaedah yang ditulis dalam buku panduan.
2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model tersebut disukai dan dihargai serta perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.
Teori belajar social dari Bandura ini merupakan gabungan antara teori belajar behavioristik dengan penguatan dan psikologi kognitif, dengan prinsip modifikasi tingkah laku. Proses belajar masih berpusat pada penguatan, hanya terjadi secara langsung dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Sebagai contoh : Penerapan teori belajar social dalam iklan sabun ditelevisi. Iklan selalu menampilkan bintang – bintang yang popular dan disukai masyarakat, hal ini untuk mendorong konsumen agar membeli sabun supaya mempunyai kulit seperti para “bintang “.
Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik pribadi pengamat dengan karakteristik modelnya. Ciri – cirri model seperti usia, status social, seks, keramahan, dan kemampuan, penting dalam menentukan tingkat imitasi. Anak – anak lebih senang meniru model seusianya daripada model dewasa. Anak – anak juga cenderung meniru model yang sama prestasinya dalam jangkauannya. Anak – anak yang sangat dependen cenderung imitasi model yang dependennya lebih ringan. Imitasi juga dipengaruhi oleh interaksi antara ciri model dengan observernya.
H. Kelemahan Teori Albert Bandura
Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.
I. Kelebihan Teori Albert Bandura
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan kognitif.

BAB III
KESIMPULAN
Teori Belajar Sosial , Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang ahli psikologi pendidikan dari Stanford University,USA. Teori pembelajaran ini dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang mengalami pembelajaran dalam lingkungan sekitarnya.
Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa tingkah laku lingkungan dan kejadian – kejadian internal pada pembelajaran yang mempengaruhi persepsi dan aksi adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh.
Dari uraian tentang teori belajar sosial, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses-proses kognitif belajar.
2. komponen-komponen belajar terdiri dari tingkah laku, konsekuensi-konsekuensi terhadap model dan proses-proses kognitif pembelajar.
3. hasil belajar berupa kode-kode visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkan kembali atau tidak (retrievel).
4. dalam perencanaan pembelajaran skill yang kompleks, disamping pembelajaran-pembelajaran komponen-komponen skill itu sendiri, perlu ditumbuhkan “sense of efficacy” dan self regulatory” pembelajar.
5. dalam proses pembelajaran, pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang cukup untuk latihan secara mental sebelum latihan fisik, dan “reinforcement” dan hindari punishment yang tidak perlu.